MATERI SJI KELAS 11 / GANJIL



 MATERI SJI KELAS 11 / GANJIL
Perlawanan Rakyat Nusantara terhadap Portugis
A. Aceh Melawan Portugis 
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah bagi Aceh. Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Dengan demikian perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah mendorong Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman, oleh karena itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini mengalami kegagalan.
Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di manapun berada. Misalnya, pada saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh kapal kapal Portugis untuk ditangkap. Sudah barang tentu tindakan Portugis telah merampas kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan hubungan dengan bangsa manapun atas dasar persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal Potugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara lain:
  1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit
  2. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567.
  3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.
Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh.
Sementara itu, Portugis mempunyai rencana terhadap Aceh sebagai berikut :
  1. Menghancurkan Aceh dengan jalan mengepungnya selama 3 tahun.
  2. Setiap kapal yang berlayar di selat Malaka akan disergap dan dihancurkan.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit. Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalur perdagangan.
Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Pariaman. Para pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali ini juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
B. Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis dan VOC
Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.
Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap Portugis. rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu. Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa wilayah di kerajaan Ternate.
Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara Portugis dapat menguasai Maluku.
Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.
Setiba di benteng Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan rakyat Maluku. Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun. Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan demikian rakyat Ternate berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.
Pasukan bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao tidak hanya menyerbu Ternate, tetapi juga Tidore. Armada Portugis mengepung pelabuhan Tidore. Rakyat Tidore telah siap. Orang-orang Tidore mulai menembaki armada Portugis. Pertempuran pun berkobar dengan sengitnya. Orang-orang Portugis berhasil mendarat dan merebut kota Tidore.
Setelah kota Tidore diduduki Portugis, orang-orang Tidore pun mengadakan penyerbuan dari laut dengan perahu kora-kora. Usaha ini juga belum berhasil. Maka dilaksanakan serangan serempak dari darat maupun laut. Tetapi ternyata bahwa armada Portugis lebih unggul. Oleh karena itu perlawanan rakyat Tidore pun tidak berhasil.
  1. Perlawanan Rakyat Nusantara terhadap VOC
A. Perlawanan Rakyat Aceh terhadap VOC
Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat untuk berdagang di wilayahnya.
Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar uda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat kekalahan 
Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
B. Perlawanan Rakyat Maluku Melawan VOC
  1. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan KakialiKapten Hitu.
  2. Pada tahun 1646 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan Telukabesi
  3. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi.
  4. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin
  5. Tahun 1780 pasukan Patra Alammenyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan Nuku, namun Sultan Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera
  6. Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Nukudari Tidore
  7. Perlawanan Pattimura(1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon.
Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :
  1. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita dibawah VOC
  2. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib dan kerja wajib
  3. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
  4. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.
  5. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
  6. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
Tokoh – Tokoh Perlawanan
1 .  Kakiali.                                          5 . Sultan Nuku
2 . Teluka Besi                                    6 . Patra Alam
3 . Saidi                                               7 . Kapten Pattimura
4 . Sultan Jamaludin
Kronologi Terjadinya Perlawanan
  • tahun 1635 dipimpin Kakialidan Kapten Hitu mengobarkan perlawanan  kedudukan Belanda terancam.Gubernur Jendral van Diemen dari Batavia datang dua kali pada tahun 1637 dan 1638. Perlawanan rakyat Maluku berhasil dipatahkan dengan terbunuhnya Kakiali oleh seorang pengkhianat pada tahun 1643.
  • Perlawanan kembali pecah yang dilakukan orang-orang Hitu dibawah pimpinanTahun1646 perlawanan berhasil diredakan. Akibatnya banyak orang Hitu yang diasingkan ke Batavia.
  • 1650, perlawanan terjadi lagi diwilayah Ambon sampai Ternate. Perlawanan dipimpin oleh Saidi. Belanda mulai terdesak dan minta bantuan ke Batavia.Bantuan dibawah pimpinan Vlaming van Oosthoorndatang pada bulan Juli 1655.Karena bantuan pasukan Batavia persenjataan lebih lengkap dan canggih, pasukan rakyat terdesak, Saidi berhasil ditangkap dan dibunuh. Perlawanan rakyat Maluku berhasil dipatahkan. -Perlawanan kembali terjadi dibawah pimpinan Raja Tidore , Sultan Jamaluddin. Namun pada tahun 1779 Sultan Jamaluddin berhasil ditangkap Belanda dan dibuang ke Srilangka.
  • Belanda berhasil masuk lebih lebih jauh dikehidupan politik kerajaan. Hal itu dibuktikan dengan adanya perebutan kekuasaan di kerajaan Tidore.PenggantiSultan Jamaluddinyang seharusnya Pangeran Nuku digantikan Patra Alam, seorang kaki tangan Belanda.Rakyat Tidore ternyata menghendaki Pangeran Nuku yang menjadi Sultan. Perlawanan selanjutnya terjadi seperti perang saudara antar rakyat Tidore.
  • Tahun 1780 pasukan Patra Alammenyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan Nuku, namun Sultan Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera.Di Halmahera, Sultan Nuku mendirikan markas besar untuk melawan VOC dan Patra Alam. Perlawanan selama 17 tahun menunjukkan hasil. Sultan Nuku berhasil mengadu domba Belanda dan Inggris yang berkuasa di Maluku Utara. Perlawanan Sultan Nuku tidak sebatas di Maluku Utara, tetapi sampai di Papua. Sultan Nuku bersama Panglima Zaibal Abidinberhasil merebut Tidore dari tangan Belanda.Tahun 1805 Sultan Nuku meninggal dunia, Belanda dapat menguasai lagi wilayah Tidore. Perlawanan Pattimura(1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinanThomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku. Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada tanggal 16 Nopember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir perlawanan rakyat Maluku.
C.  Perlawanan Sultan Agung
Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan. Cita-cita Sultan Agung antara lain:
  • mempersatukan seluruh tanah Jawa,dan
  • mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara. Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang keberadaan kekuatan VOC di Jawa.
Oleh karena itu, Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia. Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia, yakni:
  • tindakan monopoli yang dilakukan VOC.
  • VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka
  • VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan
  • keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.
Pada tahun 1628 telah dipersiapkan pasukan dengan segenap persenjataan dan perbekalan. Pada waktu itu yang menjadi gubernur jenderal VOC adalah J.P. Coen. Sebagai pimpinan pasukan Mataram adalah Tumenggung Baureksa. Tepat pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Pasukan Mataram berusaha membangun pos pertahanan, tetapi kompeni VOC berusaha menghalang-halangi, sehingga pertempuran antara kedua pihak tidak dapat dihindarkan. Di tengah-tengah berkecamuknya peperangan itu pasukan Mataram yang lain berdatangan seperti pasukan di bawah Sura Agul-Agul yang dibantu oleh Kiai Dipati Mandurareja dan Upa Santa. Datang pula laskar orang-orang Sunda di bawah pimpinan Dipati Ukur. Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Mataram melawan tentara VOC di berbagai tempat. Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehingga dapat memukul mundur semua lini kekuatan pasukan Mataram. Tumenggung Baureksa sendiri gugur dalam pertempuran itu. Dengan demikian serangan tentara Sultan Agung pada tahun 1628 itu belum berhasil.
Tahun 1629 pasukan Mataram diberangkatkan menuju Batavia. Sebagai pimpinan pasukan Mataram dipercayakan kepada Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya. Ternyata informasi persiapan pasukan Mataram diketahui oleh VOC. Dengan segera VOC mengirim kapal-kapal perang untuk menghancurkan lumbung-lumbung yang dipersiapkan pasukan Mataram. Di Tegal tentara VOC berhasil menghancurkan 200 kapal Mataram, 400 rumah penduduk dan sebuah lumbung beras. Pasukan Mataram berhasil mengepung dan menghancurkan Benteng Hollandia. Berikutnya pasukan Mataram mengepung Benteng Bommel, tetapi gagal menghancurkan benteng tersebut. Pada saat pengepungan Benteng Bommel, terpetik berita bahwa J.P. Coen meninggal. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 September 1629. Dengan semangat juang yang tinggi pasukan Mataram terus melakukan penyerangan. Dalam situasi yang kritis ini pasukan Belanda semakin marah dan meningkatkan kekuatannya untuk mengusir pasukan Mataram. Dengan mengandalkan persenjataan yang lebih baik dan lengkap, akhirnya dapat menghentikan serangan-serangan pasukan Mataram.
Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC. Sebagai pengganti Sultan Agung adalah Sunan Amangkurat I. Ia memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya.
D.  Perlawanan Banten
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dan puteranya bernama Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan Ageng Tirtayasa dengan tegas menolak segala bentuk aturan monopoli VOC dan berusaha mengusir VOC dari Batavia. Pada tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan, yaitu ditandai oleh keberhasilan Belanda dalam memaksa Sultan Ageng Tirtayasa untuk menandatangani perjanjian monopoli perdagangan.
Pada tahun 1683, VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan puteranya yang bernama Sultan Haji, sehingga terjadilah perselisihan antara ayah dan anak, yang pada akhirnya dapat mempersempit wilayah serta memperlemah posisi Kerajaan Banten. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemenangan Sultan Haji atas bantuan VOC tersebut menghasilkan kompensasi dalam penandatanganan perjanjian dengan kompeni.
Perjanjian tersebut menandakan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dapat dipadamkan, bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC. Pertikaian keluarga di Kerajaan Banten menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten untuk diadu domba oleh VOC.
Pada tahun 1750, terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji (yang menjadi raja setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa), atas tindakan Sultan Haji (rajanya) yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri. Perlawanan rakyat Banten ini dapat dipadamkan oleh Sultan Haji atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa, VOC diberi hak untuk memonopoli perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
E.  Perlawanan GOWA
Di Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak geografisnya, letak wilayah Kerajaan Makasar sangat strategis dan memiliki kota pelabuhan sebagai pusat perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.
Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 – 1669. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena itu, kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 – 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.
F.  Perlawanan Rakyat Riau
Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya di Riau. Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh karena itu, beberapa kerajaan mulai melancarkan perlawanan.
Raja Siak sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah berhasil merebut Jolor kemudian ia membuat benteng pertahanan di pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan di bawah Komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syeh wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760). Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Idragiri, Kampar, sampai pulau Guntung yang berada di Muara Sungai Siak.
Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh Karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung.
G.  Pemberontakkan Orang – Orang Cina
Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan jumlahnya pun semakin banyak. Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah pesisir, bahkan tidak sedikit yang menikah dengan penduduk Jawa. Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia, banyak orang Cina yang datang ke Jawa. VOC memang sengaja mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok. Dalam rangka mendukung kemajuan perekonomian di Jawa. Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua yang memiliki modal. Banyak diantara mereka termasuk golongan miskin. Mereka kemudian menjadi pengemis bahkan ada yang menjadi pencuri.
Untuk membatasi kedatangan orang-orang Cina ke Batavia, VOC mengeluarkan ketentuan bahwa setiap orang Cina yang tinggal di Batavia harus memiliki surat izin bermukim yang disebutpermissiebriefjes atau masyarakat sering menyebut dengan “surat pas”. Apabila tidak memiliki surat izin, maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (sri lanka) untuk dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC atau akan dikembalikan ke Cina.
Pada suatu ketika tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan pemberontakan. Oleh karena itu, para serdadu VOC mulai bereaksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah orang cina dan kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina yang ditemukan di setiap rumah. Sementara yang berhasil meloloskan diri dan melakukan perlawanan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang, kemudian di Jawa menjadi Ki sapanjang. Nama ini dikaitkan dengan perannya dalam memimpin perlawanan di sepanjang pesisir Jawa.
Perlawanan dan kekacauan yang dilakukan orang-orang Cina itu kemudian meluas di berbagai tempat terutama di daerah pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina ini mendapatkan bantuan dan dukungan dari para buapati di pesisir. Bahka yang menarik atas desakan para pangeran, Raja Pakubuwana II juga ikut mendukung pemberontakan orang-orang Cina tersebut. Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu demi satu dapat dipadamkan. Pada kondisi yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan perundingan damai dengan VOC.

H.  Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Perlawanan terhadap VOC kembali terjadi di Jawa, kali ini dipimpin oleh bangsawan kerajaan yakni pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Perlawanan berlangsung sekitar 20 tahun.
Raden Mas Said adalah putera dari Raden Mas Riya yang bergelar Adipati Arya Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati Blitar. Pada usia 14 tahun Raden Mas said sudah diangkat sebagai gandek kraton (pegawai rendahan di Istana) dan diberi gelar R.M.Ng. Suryokusumo. Karena merasa sudah berpengalaman, Raden Mas said kemudian mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Akibat permohonan ini Mas Said justru mendapat cercaan dan hinaan dari keluarga kepatihan, bahkan dikait-kaitkan dengan tuduhan ikut membantu pemberontakan orang-orang Cina yang sedang berlangsung. Mas said pergi menuju Nglaroh untuk memulai perlawanan. Oleh karena pengikutnya mas said diangkat sebagai raja baru dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Senopati Sudibyaning Prang. Hingga kini sebutan Mas Said yang dikenal masyarakat yakni Pangeran Sambernyawa. Pada tahun 1745 Pakubuwana II mengumumkan barang siapa yang dapat memadamkan perlawanan Mas Said akan diberi hadiah sebidang tanah di Sukowati (di wilayah sragen sekarang). Mas Said tidak menghiraukan apa yang dilakukan Pakubuwana II di istana, ia terus melancarkan perlawanan kepada kerajaan maupun VOC.
Mendengar adanya sayembara berhadiah itu, Pangeran Mangkubumi ingin mencoba sekaligus menkar seberapa jauh komitmen dan kejujuran Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi adalah adik dari Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi dan para pengikutnya berhasil memadamkan perlawanan Mas Said. Ternyata Pakubuwana II ingkar janji. Pakubuwana II kehilangan nilai dan komitmennya sebagai raja yang berpegang pada tradisi, sabda pandhita ratu datan kena wola-wali(perkataan raja tidak boleh ingkar). Karena bujukan Patih Pringgalaya, Pakubuwana II tidak meberikan tanah Sukowati kepada Pangeran Mangkubumi. Terjadilah pertentangan antara Raja Pakubuwana II yang didukung Patih Pringgalaya di satu pihak dengan Pangeran Mangkubumi di pihak lain. Dalam suasana konflik ini tiba-tiba dalam pertemuan terbuka di istana itu Gubernur Jenderal Van Imhoff mengeluarkan kata-kata yang menghina dan menuduh Pangeran Mangkubumi terlalu ambisi mencari kekuasaan. Hal inilah yang sangat mengecewakan Pangeran Mangkubumi, pejabat VOC secara lansung telah mencampuri urusan pemerintahan kerajaan. Pangeran Mangkubumi segera meninggalkan istana. Tidak ada pilihan lain kecuali angkat senjata untuk melawan VOC yang telah semena-mena ikut campur tangan pemerintahan kerajaan. Hal ini sekaligus untuk memperingatkan saudara tuanya Pakubuwana II agar tidak mau didikte oleh VOC.
Perjanjian itu berisi pasal-pasal antara lain :
(1). Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada VOC.
(2). Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC.
(3). Putera mahkota akan segera dinobatkan. Sembilan hari setelah penandatanganan perjanjian itu Pakubuwana II wafat. Tanggal 15 Desember 1749 Baron van Hohendorff mengumumkan pengangkatan putera mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III.
Perjanjian tersebut merupakan sebuah trgaedi karena Kerajaan Mataram yang pernah Berjaya di masa Sultan Agung harus menyerahkan kedaulatan atas seluruh wilayah kerajaan kepada pihak asing. Hal ini semakin membuat kekecewaan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said, sehingga keduanya harus meningkatkan perlawanannya terhadap kezaliman VOC.
Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir setelah tercapai Perjanjian Giyanti pada tanggal 15 Februari 1755. Isi pokok perjanjian Giyanti : bahwa Mataram dibagi dua. Wilayah bagian barat (daerah Istimewa Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mnagkubumi dna berkuasa sebagai sultan dengan sebutan Sri Sultan Hamengkubuwana I, sedang bagian timur (daerah Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III. Sementara perlawanan Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang isinya Mas said diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I


Hak Istimewa VOC (Hak Oktroi VOC)
Pada masa kekuasaannya di Indonesia, VOC membuat kebijakan-kebijakan yang selanjutnya berpengaruh terhadap tatanan yang ada hingga menimbulkan reaksi. Sehingga VOC diberikan Hak Istimewa. Apa itu hak istimewa VOC? Dan apa juga hak Oktroi VOC?

Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang hak istimewa VOC dan hak Oktroi VOC. VOC dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602 oleh van Oldenbarnevelt.

VOC dibentuk dengan tujuan untuk menghindari persaingan di antara perusahaan dagang Belanda dan memperkuat diri agar dapat bersaing dengan perusahaan dagang negara lain, seperti Portugis dan Inggris.
Hak Istimewa VOC
Oleh pemerintah Kerajaan Belanda, VOC diberi hak-hak istimewa yang dikenal dengan nama hak oktroi, seperti:

a. hak monopoli,

b. hak untuk membuat uang,


c. hak untuk mendirikan benteng,


d. hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia, dan


f. hak untuk membentuk tentara.


Dengan adanya hak oktroi tersebut, bangsa Indonesia mengalami kerugian dan penderitaan. Tindakan VOC sangat sewenang-wenang dan tidak memerhatikan kepentingan rakyat Indonesia.

Pengaruh hak istimewa VOC
Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, VOC menerapkan hak monopoli, menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan membangun benteng-benteng.

Benteng-benteng yang dibangun VOC antara lain:

a. di Banten disebut benteng Kota Intan (Fort Speelwijk),

b. di Ambon disebut benteng Victoria,


c. di Makassar disebut benteng Rotterdam,


d. di Ternate disebut benteng Orange, dan


e. di Banda disebut benteng Nasao.


Dengan keunggulan senjata, serta memanfaatkan konflik di antara penguasa lokal (kerajaan), VOC berhasil memonopoli perdagangan pala dan cengkih di Maluku. Satu per satu kerajaan-kerajaan di Indonesia dikuasai VOC.

Kebijakan ekspansif (menguasai) semakin gencar diwujudkan ketika Jan Pieterzoon Coen diangkat menjadi Gubernur Jenderal menggantikan Pieter Both pada tahun 1617.
Jan Pieterzoon Coen memiliki semboyan “tidak ada perdagangan tanpa perang, dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan”. 

Dialah yang memindahkan pos dagang VOC di Banten dan kantor pusat VOC dari Maluku ke Jayakarta. Mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia.

Pada masa pemerintahan Coen terjadi pertentangan antara Inggris dan Belanda (VOC) untuk memperebutkan pusat perdagangan di Jayakarta.

Pertentangan tersebut dimenangkan oleh Belanda (VOC) setelah mendapat bantuan dari Pangeran Arya Ranamenggala dari Banten. Inggris diusir dari Jayakarta dan Pangeran Jayakarta diberhentikan sebagai penguasa Jayakarta.

Pada tanggal 12 Maret 1619, VOC secara resmi mendirikan benteng yang kemudian diberi nama Batavia. Kantor dagang VOC yang ada di Ambon, Maluku dipindahkan ke Batavia setelah Jayakarta menyerah kepada Belanda pada tanggal 30 Mei 1619.

Pada tanggal yang sama J.P. Coen mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia, sehingga hari itu dianggap sebagai hari pendirian Batavia.
Hak Istimewa VOC (Hak Oktroi VOC)
Gambar: Pelayaran Hongi

Pelayaran Hongi (Hongi Tochten)
Dalam upaya mempertahankan monopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku, VOC melakukan dan pelayaran Hongi (Hongi Tochten).

Pelayaran Hongi yaitu pelayaran keliling menggunakan perahu jenis kora-kora yang dipersenjatai untuk mengatasi perdagangan gelap atau penyelundupan rempah-rempah di Maluku.

Pelayaran Hongi disebut juga Hongi Tochten. Kata Hongi Tochten berasal dari kata Hongi (dalam bahasa Ternate artinya armada atau angkatan kapal laut).

Hongi Tochten dilakukan dengan perahu kora-kora yang harus dibuat sendiri. Pelaksanaan Hongi Tochten dan hak ekstirpasi di Banda menumbuhkan perlawanan yang hebat dari rakyat.

Pelayaran ini juga disertai hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan.

















                                     

24/4/2015
Dampak Politik, Sosial, Ekonomi, dan Budaya dari keberadaan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia, sebagai berikut:

1. Perubahan dalam Bidang Politik

-Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern.Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat.Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamog praja yang dulu berdasarkan garis keturunan diubah menjadi sistem kepegawaian.

-Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf

-Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum barat modern

-Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia.Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.

2. Perubahan dalam dalam Bidang Sosial

-Pembentukan status sosial dimana yang tertingi adalah Eropa lalu Asia dan Timur Jauh yang terakhir kaum Pribumi

-Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, Seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi sanga sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah belanda.

-Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing. Sehingga kehidupan penduduk Indonesia megalami kemerosotan.

3. Perubahan dalam Bidang Ekonomi

-Belanda membuka tambang minyak bumi di Tarakan Kaltim

-Belanda membangun rel kereta api untuk memperlancar arus perdagagngan

-Liberialisme ekonomi

-Eksploitasi ekonomi, monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda

Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indonesia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.

Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.

Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja sehingga dilakukan program transmigrasi.

Untuk mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia pemerintah Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)

Dengan memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di kalangan petani.

4. Perubahan dalam Bidang Budaya

-Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.

-Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.

-Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito menyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.

- Budaya Barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi kehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contohnya, kebiasaan minum minuman keras yang dilakukan oleh golongan bangsawan. Kebiasaan tersebut bukan milik asli bangsa Indonesia, tetapi kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa Barat yang dibawa oleh para penjajah (Westernisasi menyebar lewat jalur pendidikan dan pemerintahan).

-Birokrat menggunakan bahasa belanda sebagai simbol status mereka

-Masuknya agama katholik dan protestan
























Latar Belakang Munculnya Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Latar Belakang Munculnya Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Kedatangan bangsa - bangsa Eropa tidak dapat dilepaskan dari peristiwa - peristiwa penting yang terjadi di Eropa pada abad ke 15-18.Timbulnya kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa terhadap bangsa - bangsa Asia, Afrika, Amerika dan Australia diawali dengan ekspansi bangsa - bangsa Eropa ke seluruh dunia.




Faktor - Faktor Pendorong Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme :
  1. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang - orang yang beragama islam.
  2. Jatuhnya Kontantinople, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.
  3. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa - bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.
  4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah - rempah.
  5. Kisah penjelajahan Marcopolo ( 1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.
  6. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak - banyaknya.
  7. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei.
  8. Ambisi 3G ( Gold, Glory dan Gospel ).
Kolonialisme dan Imperialisme juga disebabkan oleh para bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan diantaranya bangsa Portugis, Inggris, Perancis, Belanda dan Spanyol yang pernah menjajah di Indonesia. Berikut tokoh - tokoh penjelajahan bangsa Eropa.
Penjelajahan Bangsa Portugis :
  • Vasco da Gama ( 1497 - 1498 ) berlayar menuju ke Hindia Timur melalui Kepualauan Tanjung Verde, mengitari Tanjung Harapan.
  • Bartholomeo Diaz ( 1486 ) belayar menuju ke arah selatan menyelusuri pantai barat Afrika sampai daerah Pantai Emas.
  • Pedro Alvares Cabra ( 1500 ) berlayar kearah barat dan berlabuh di Amerika Selatan pada tahun 22 April 1500, dengan mengibarkan bendera Protugis dan menyatakan daerah baru itu milik protugis.
  • Alfonso de Albuquerque ( 1505 ) Pada tahun 1505, Alfonso d’Albuquerques mengacaukan jalur perdagangan Arab dan india, serta mnduduki pelabuhan penting Afrika Timur dan Teluk Persia, Alfonso d’Albuquerques juga berhasil menaklukan pelabuhan Goa di Asia Tenggara.
  • Fransiscus Xaverius ( 1550 ) Seorang pendeta yang pernah berada di Maluku selama satu tahun.
Penjelajahan Bangsa Spanyol :
  • Columbus ( 1492 ) melakukan penjelajahan dunia dan menjadi pelopor kolonialisme, dia berlayar dari Polos, Spanyol menyeberangi laut Atlantik sampai di kepulauan Bahama dan mendarat pada 1492 di India. Antar 1492 - 1502 dia sudah 4 kali melakukan pelayaran.
  • Ferdinand Magellan ( 1480-1521 ) pelayarannya diawali dari pesisir barat benua Amerika, ujung Amerika Selatan, dan memasuki selat yang menghubungkan laut Atlatik dengan laut pasifik yang di kenal selat Magellan.
Penjelajahan Bangsa Belanda :
  • Bangsa belanda awalnya mendapatkan informasi perjalanan yang di bukukan berjudul Itinerario, Voyage ofte Schipvert naer Oost ofte Portugaels Indiens ( Catatan perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis ), Akhirnya dengan buku tersebut Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi dengan Empat buah kapal berawak 249 Orang dan 64 Meriam berlayar ke Asia.
Penjelajahan Bangsa Perancis :
  • Pelaut perancis memulai penjelajahan samudera dari Eropa dan kemudian melintasi Samudra Atlantik menuju Kanada, serta daerah lembah Missisippi.
  • Sejarah kolonialisme Prancis di tanah Jawa yang hanya berlangsung selama tujuh bulan saja. Alasan Perancis meninggalkan Indonesia, karena Perancis kalah dalam Perang Lipzig melawan Inggris.
Penjelajahan Bangsa Inggris :
  • Pemerintahan inggis mulai menguasai Indonesia sejak tahun1811 pemerintahan inggis mengangkat Thomas Stamford raffles (TSR) sebagai gubernur jendral di Indonesia . dan berakhir pada tahun 1817.





KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA PADA ABAD KE-19 DAN 20

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA DI  INDONESIA PADA ABAD KE-19 DAN 20
A.LATAR BELAKANG KEDATANGAN BELANDA
    Pada mulanya pedagang-pedagang Belanda yang berpusat di  Rotterdam membeli rempah-rempah dari Lisabon.Pada waktu itu Belanda masih dalam penjajahan Spanyol,kemudian terjadilah perang 80 tahun,dan berhasil melepaskan Belanda terhadap Spanyol,serta menjadikan William Van Oranye sebagai pahlawan kemerdekaan Belanda.
Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol  naik tahta,ia berhasil mempersatukan Spanyol dan Portugis ,Akibatnya Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang dikuasai Spanyol,hal itulah yang mendorong Belanda mulai mengadakan penjelajahan samudera untuk mendapatkan daerah asal rempah-rempah.
B.PERJALANAN BELANDA KE INDONESIA
Pada tahun 1595 Linscoten berhasil menemukan tempat-tempat di P.Jawa yang bebas dari tangan Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah untuk diperdagangkan,Peta yang dibuat oleh Linscoten diberi nama Interatio yang artinya keadaan didalam atau situasi di Indonesia.
Pada tahun 1595,bulan April Cornelius de Houtman dan De Keyzer dengan 4 buah kapal memimpin pelayaran menuju Nusantara dengan Route : Belanda-Pantai barat Afrika-Tanjung Harapan-Samudera Hindia-Selat Sunda-Banten,selama pelayarannya itu selalu menjauhi Route pelayaran Portugis,dan tidak singgah ke India-Malaka.
Pada bulan Juni 1596 pelayarannya berhasil berlabuh di Banten,dan pada mulanya kedatangannya mendapat sambutan baik dari masyarakat Banten.Kedatangan Belanda diharapkan dapat memajukanperdagangan dan dapat membantu usaha penyerangan ke Palembang yang dipimpin oleh raja Maulana Muhammad,akan tetapi sikap De Houtman semakin kaku dalam perdagangan (hanya mau membeli rempah-rempah pada musim panen dan membeli melalui pejabat atau cina perantara,akhirnya Ia ditangkap dan dibebaskan setelah membayar uang tebusan kemudian meninggalkan Banten.
Walaupun demikian de Houtman disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat Belanda,ia dianggap sebagai pelopor pelayaran menemukan jalan laut ke Nusantara.
Pada tanggal 28 November 1598 pelayaran baru Belanda dipimpin oleh Jacob van Neck dan Wybrect van Waerwyck dengan 8 buah kapal tiba di Banten.Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan Belanda diterima dengan baik.
Karena sikap Van Neck yang sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para pembesar Banten ,maka 3 buah kapalnya yang penuh muatan rempah-rempah berhasil dikirim ke Belanda dan 5 buah kapal yang lainnya menuju Maluku.
Di Maluku ,Belanda juga diterima dengan baik oleh rakyat Maluku karena dianggap sebagai musuh Portugis yang sedang bermusuhan dengan rakyat Maluku.
C.TERBENTUKNYA VOC
Keberhasilan ekspedisi-ekspedisi Belanda dalam mengadakan perdagangan rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha Belanda yang lainnya untuk berdagang ke Nusantara.Diantara mereka terjadi persaingan.Disamping itu mereka harus harus menghadapi persaingan dengan Portugis,Spanyol dan Inggris.Akibatnya mereka saling menderita kerugian,lebih lebih dengan sering terjadinya perampokan perampokan oleh bajak laut.
Atas prakarsa dari 2 orang tokoh Belanda yaitu Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC (Verenigde Oost Indesche Compagnie ) atau ‘Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur’,  pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang.
Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai oleh Francois Witter  
                
TUJUAN DIBENTUKNYA VOC
Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk keuntungan maksimal.
Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol.
HAK-HAK ISTIMEWA VOC
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak istimewa oleh pemerintah Belanda :
-          Memonopoli perdagangan
-          Mencetak dan mengedarkan uang
-          Mengangkat dan memperhentikan pegawai
-          Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
-          Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
-          Mendirikan benteng
-          Menyatakan perang dan damai
-          Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.
C.KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DAN SISTEM BIROKRASI PEMERINTAHAN VOC DI INDONESIA (SEBELUM ABAD KE-19)
1.POLITIK PERDAGANGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN VOC 
Peraturan-peraturan yg ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :
a).Verplichte Laverantie
Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga  yg telah ditetapkan oleh VOC,dan melarang rakyat menjual hasil buminya selain kepada VOC.
b).Contingenten
Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar  pajak berupa hasil bumi.
c).Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah  tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
d).Ekstirpasi
   Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar tidak terjadi over produksi yg dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
e).Pelayaran Hongi
    Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Beberapa gubernur jendral VOC yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :
1.Jan Pieterzoon Coen (1619-1629)
   Dikenal sebagai peletak dasar imperialisme Belanda di Nusantara.Ia dikenal pula dengan rencana kolonisasinya dengan memindahkan orang-orang Belanda bersama keluarganya ke Indonesia.
2.Antonio Van Diemen (1636-1645)
   Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada tahun 1641,Ia juga mengirimkan misi pelayaran yang  dipimpin Abel Tasman ke Australia,Tasmania,Selandia baru.
3.Joan Maetsycker  (1653-1678)
   Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang Padang dan Menado.
4.Cornelis Speeldman (1681-1684)
   Ia menghadapi perlawanan didaerah dan tidak berhasil mengalahkan Sultan Agung,Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa.
2.SISTEM BIROKRASI VOC
Guna memerintah wilayah-wilayah di Nusantara VOC mengangkat seorang gubernur jendral  yg Dibantu oleh 4 orang yg disebut Raad van Indie (dewan India)
Dibawah gubernur jendral diangkat beberapa gubernur yang memimpin suatu daerah.dibawah gubernur terdapat beberapa Residen yang di-bantu oleh Asisten Residen,pemerintahan dibawahnya lagi diserahkan pada pemerintahan tradisional,seperti Raja dan Bupati.VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung (Indirect rule) dengan memanfaatkan sistem Feodalisme.
3.KEMUNDURAN VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18 disebabkan oleh :
  1.Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.
  2.Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
  3.Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar.
  4.Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik Inggris.
  5.Hutang VOC yang sangat besar.
  6.Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami kemunduran
  7.Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdaganganyg diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
  8.Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun    1795.
VOC DIBUBARKAN
Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC dan hak-hak istimewa VOC dihapus Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta gulden.Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.
D.PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
Perubahan yang terjadi di Eropa pada akhir abad 18 Pada tahun 1795 Partai Patriot Belanda yg anti raja,atas bantuan Perancis berhasil merebut kekuasaan dan membentuk pemerintahan baru yg disebut Republik Bataaf  (Bataafische Republiek ),Republik ini menjadi bawahan Perancis yg sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.Raja Belanda Willem V,melarikan diri dan membentuk pemerintahan peralihan di Inggris yang pada waktu itu menjadi musuh Perancis.Setelah VOC dibubarkan oleh pemerintah tersebut pada tahun 1799,tanah jajahan yang dulu dikuasai VOC kemudian diurus oleh suatu badan yang disebut Aziatische Raad (Dewan Asia).
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Nusantara dipegang oleh gubernur jendral Johanes Siberg (1801-1804) yang menggantikan gubernur jendral Overstrateen sebagai gubernur jendral  VOC yang terakhir.
Johanes Siberg seharusnya mencerminkan sifat dari Republik Bataaf yg Liberal.Akan tetapi sebelum resmi berkuasa di Nusantara ia mengirim 2 komisaris ke Nusantara yaitu Nederburg dan Hogendrop.
E.MASA PEMERINTAHAN HERMAN W.DAENDELS
Letak geografis Belanda yg dekat dengan Inggris menyebabkan Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda.Pada tahun 1806,Perancis membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Kerajaan Belanda (Kominkrijk Holland).Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai raja Belanda dan berarti sejak saat itu pemerintahan yang berkuasa di Nusantara adalah pemerintahan Belanda-Perancis.Oleh karena itu Louis Napoleon mengangkatHerman William Daendeles sebagai gubernur jen-dral di Nusantara.Dengan tugas utama mempertahankan P.Jawa dari serangan Inggris.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAENDELS
1).Bidang Birokrasi Pemerintahan
    a.Pusat pemerintahan dipindahkan  kepedalaman
    b.Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legeslatif diganti dengan Dewan Penasehat.
    c.Membentuk sekretariat negara (Algemene Secretarie).
    d.Pulau jawa dibagi pulau jawa di bagi menjadi 9 Prefektuur dan 31 kabupaten
    e.Para bupati di jadikan pemerintah Belanda dan di beri pangakat sesuai dengan ketentuan kepegawaian pemerintah Belanda.   
2).Bidang hukum dan peradilan.
a.Dalam bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan yaitu sebagai berikut:
   (1).Pengadilan utuk orang eropa
   (2).Pengadilan untuk orang pribumi
   (3).Pengadilan untuk orang timur asing. Pengadilan untuk orang pribumi ada di setiap prefectur dengan prefect sebagai ketua dan para bupati sebagai anggota
b.Pemberantasan koropsi tanpa pandang bulu termasuk pada bangsa Eropa.Akan tetapi ia sendiri melakukan korupsi besar-besaran dalam kasus penjualan tanah kepada fihak swasta.
3).Bidang Militer dan Pertahanan dalam melaksanakan tugas utamanya untuk mempertahankan P.Jawa dari serangan Inggris,Daendels mengambil langkah-langkah :
   a).Membangun jalan antara Anyer-Panarukan.
   b).Menambah jumlah angkatan perang dari 3000 orang menjadi 20.000 orang.
   c).Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang
   d).Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Pandang dan Surabaya.
   e).Membangun benteng-benteng pertahanan.
   f).Meningkatkan kesejahteraan prajurit.
4).Bidang Ekonomi dan Keuangan
    a).Membentuk Dewan Pengawas Keuangan negara (Algemene Rekenkaer).
    b).Mengeluarkan uang kertas
    c).Memperbaiki gaji pegawai
    d).Pajak in natura (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte laverantie) yang diterapkan pada masa VOC tetap dilanjutkan.
    e).Mengadakan monopoli perdagangan beras.
    f).Mengadakan peminjaman paksa kepada orang-orang yang dianggap mampu,bagi yg menolak akan dikenakan hukuman.
    g).Penjualan tanah kepada fihak swasta.
    h).Mengadakan Preanger Stelseel ,yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman eksport : Kopi
5).Bidang Sosial
a).Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja Rodi untuk membangun jalan Anyer-Panarukan.
b).Pebudakan dibiarkan berkembang
c).Menghapus upacara penghormatan kepada Resident,Sunan dan Sultan
d).Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos
AKHIR KEKUASAAN HERMAN W.DAENDELS
Kejatuhan Daendels antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1).Sikapnya yg otoriter terhadap raja-raja Banten,Yogyakarta,Cirebon menimbulkan pertentangan dan perlawanan.
2).Penyelewengan dlam kasus penjualan tanah kepada fihak swasta dan manipulasi penjualan istana Bogor.
3).Keburukan dalam sistem administrasi pemerintahan.
F.PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (1811-1816)
Latar belakang pendudukan Inggris adalah sbb :

a).Contingental Stelseel
   
Yang diterapkan oleh Napoleon di Eropa 1806 dengan memblokade perdagangan Inggris diEropa daratan,Inggris tumbuh menjadi Negara industri besar membutuhkan daerah pemasaran yg luas,oleh karena itu India dan Indonesia akan dijadikan tempat pemasaran barang-barang industri Inggris.
b).Nusantara yg praktis dikuasai Perancis (Belanda Perancis) merupakan bahaya laten bagi kekuasaan Inggris di Asia. Ketika akhirnya Inggris menyerbu P.Jawa,penggantinya Daendels,gubernur jendral Jansen,tidak mampu bertahan dan menyerah,akhir dari penjajahan Belanda-Perancis ditandatangani dengan Kapitulasi Tuntang (18 September 1811), isinya :
   a.Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada
      Inggris.
   b.Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
   c.Semua pegawai Belanda yg mau bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus
   d.Semua hutang Pemerintah Belanda yg dahulu,bukan menjadi tanggung jawab Inggris. Kapitulasi Tuntang ditandatangani tanggal 18 Sept 1811 oleh S.Auchmuty dari fihak Inggris dan Janseens dari fihak Belanda.  
   Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang ,raja muda Lord Minto yg berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakil gubernur di P.Jawa,dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh diseluruh Nusantara.Dan cenderung mendapat tanggapan positif dari raja-raja dan rakyat setempat karena hal berikut ini :
    a.Para raja da rakyat tidak menyukai Daendels
    b.Ketika masih berkedudukan di Penang,Malaysia Raffles beberapa kali mengadakan misi rahasia ke kerajaan-kerajaan yg anti Belanda,seperti : Yogyakarta,Banten dan Palembang.
     C.Sebagai seorang yg Liberalis ,Raffles memiliki kepribadian yg simpatik,ia menjalankan politik murah hati dan sabar walaupun dalam prakteknya berlainan.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN RAFFLES
 Dalam menjalankan tugas Raffles didampingi oleh suatu badan penasehat (advisory Council) yang terdiri atas Gillespie,Cranssen dan Muntinghe.
1.Bidang Pemerintahan langkah-langkah yg diambil Raffles :
   a.P.Jawa dibagi menjadi 16 Karisidenan (berlangsung sampai tahun 1964).
   b.Merubah sistem pemerintahan yg semula dilakukan oleh pengusaha pribumi menjadi system pemerintahan kolonial yg bercorak barat.
   c.Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yg mereka peroleh secara turun tumurun.
2.Bidang Ekonomi dan Keuangan

a. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman eksport.
b. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem peyerahan wajib (Verplichte Laverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC.
c. Menetapkan sistem sewa tanah (landren). Untuk menentukan besarnya pajak, tanah dibagi menjadi 3 kelas, yaitu sebagai berikut.
            1. Kelas I, yaitu tanah yang subur, dikenakan pajak  setengah dari hasil bruto.
            2. Kelas II, yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga dari hasil bruto.
            3. Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua perlima dari hasil bruto.
d. Pemungutan pajak pada awalnya secara perorangan.
e. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.

MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN SISTEM SEWA TANAH
a. Para petani dapat menanam dan menjual hasil panennya secara bebas untuk memotivasi mereka agar bekerja lebih giat sehingga kesejahteraannya           menjadi lebih baik.
b. Daya beli masyarakat semakin meningkat sehingga daapt membeli barang-barang industri Inggris.
c. Pemerintah kolonial mempunyai pemasukan negara secara tetap dan cukup terjamin.
d. Memberikan kepastianhukum atas tanah yang dimiliki petani.
e. Secara bertahap untuk mengubah sistem ekonomi barang menjadi ekonomi uang.
Sistem sewa tanah dalam pelaksanaannya telah menimbulkan perubahan-perubahan penting sebagai berikut:
a) Unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan dan         sukarela.
b) Ikatan yang bercorak tradisional dirubah menjadi hubungan  perjanjian atau kontrak.
c) Ikatan adat-istiadat yang sudah berjalan turun-temurun menjadi semakin longgar, karena pengaruh budaya barat.

HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM SEWA TANAH
a.   Keuangan negara dan pegawai-pegawai yang cakap jumlahnya terbatas.
b.   Masyarakat Indonesia berbeda dengan masyarakat India yang sudah mengenal perdagangan ekspor.
c.   Sistem ekonomi desa pada waktu itu belum memungkinkan diterapkannya ekonomi uang.
d.   Belum adanya pengukuran tanah milik penduduk secara tepat.
E.   Adanya pejabat yang bertindak sewenang-wenang dan korup.
f.    Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap
3. Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan affles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Apabila Daendels berorientasi kepada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi kepada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum yang ada pada masa Raffles adalah sebagai berikut.
a. Court of Justice, terdapat pada setiap     residen.
b. Court of Request, terdapat pada setiap divisi.
c. Police of Magistrace.
Menurut Raffles pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh keadilan.
4. Bidang Sosial
a. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
b. Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang kekurangan tenaga kerja, sedangkan di Batavia Raffles menetapkan pajak yang tinggi bagi pemilik budak.
c. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
5. Bidang Ilmu Pengetahuan
a. Ditulisnya buku berjudul History Of Java. Dalam menulis buku tersebut Raffles dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.
b. Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (residen Yogyakarta) untuk mengadakan penelitian yang menghasilkan sebuah buku berjudul History Of The East Indian Archipelago.
c. Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
d. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
e. Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
GAMBAR BUNGA RAFLESIA ARNOLDI
Berakhirnya kekuasaan Thomas Stamford Raffles
            Berakhirnya pemerintahan Raffles di Nusantara ditandai dengan adanya Convention of London pada tahun 1814. perjanjian tersebut ditandatangani di London oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut.
1) Nusantara dikembalikan kepada Belanda.
2) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana,   tetap di tangan Inggris.
3) Cochin (di pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris sedangkan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.
GAMBAR THOMAS STANFORD RAFFLES
H.MASA PEMERINTAHAN VAN DEN BOSCH DAN PENERAPAN SISTEM TANAM PAKSA (1830-1870)
A.PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDRAL
Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris,selanjutnya yang berkuasa adalah Pemerintahan Hindia Belanda,yang pada mulanya pemerintahan Kolektif yang terdiri dari 3 orang yaitu : Flout,Buyskess dan Van Der Capellen.
   Dengan tugas utama : menormalisasikan keadaan lama (Inggris) ke alam baru (Belanda) dengan masa peralihan dari tahun 1816-1819,untuk selanjutnya yang menjadi gubernur jendral adalah Van Der Capellen (1816-1824).
   Kesulitan-kesulitan yang dihadapi :
   1).Beberapa kerajaan diluar P.Jawa bertindak mandiri.
   2).Usaha-usaha sefihak dari Raffles yang masih ingin berkuasa kembali,misal dengan menduduki Singapura.
Dengan berdirinya Singapura menimbulkan perselisihan mengenai batas wilayah kekuasaan pendudukan Inggris dan Belanda,masalah ini kemudian diselesaikan melalui
 Treaty of London 1824 yang isinya :
 1).Inggris dan Belanda berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan masing-masing.
 2).Belanda menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan yaitu : Benggala,Gujarat,Malaka dan Singapura.
 3).Inggris menarik diri dari Nusantara dan menyerahkan Bengkulu,Bangka dan Belitung.
 4).Kemerdekaan Aceh dihormati oleh kedua belah fihak,dan dijadikan daerah Bufferstaat : daerah pemisah.
 5).Inggris dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
B.POLITIK KOLONIAL PADA MASA KOMISARIS JENDRAL
Dalam menjalankan pemerintahannya,komisaris jendral melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
   1).Sistem Residen tetap dipertahankan
   2).Dalam bidang hukum sistem juri dihapuskan
   3).Kedudukan para Bupati sebagai penguasa feodal tetap dipertahankan.
   4).Desa sebagai satu kesatuan unit tetap dipertahankan dan para penguasanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan pemungutan pajak dan hasil bumi.
   5).Dalam bidang ekonomi memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Memorandum tahun 1851
Memorandum tahun 1851 dengan jelas menegaskan politik Belanda,bahwa “daerah –daerah taklukan harus memberi keuntungan materiil bagi Belanda,keuntungan yang memang menjadi tujuan penaklukkan “

G.PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (NEDERLANDSCH INDIE) 1816-1942
A.PENGERTIAN CULTUUR STELSEL
Istilah Cultuur Stelsel sebenarnya berarti sistem tanaman terjemahannya dalam bahasa Inggris adalah Culture System atau Cultivation System .Lebih tepat lagi kalau di terjemahkan menjadi System of Gouverment Controlled Agricultures karena pengertian dari Cultuur Stelsel sebenarnya adalah :”kewajiban kepada rakyat (Jawa) untuk menanam tanaman eksport yang laku dijual di Eropa”,rakyat menterjemahkan dengan istilah tanam paksa.
Menurut Van Den Bosch : Cultuur Stelsel didasarkan atas hukum adat yg menyatakan bahwa barang siapa berkuasa disuatu daerah,ia memiliki tanah dan penduduknya.
B.LATAR BELAKANG SISTEM TANAM PAKSA
1).Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon sehingga menghabiskan biaya besar.
2).Terjadinya perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda tahun 1830.
3).Terjadinya perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda (menghabiskan beaya 20.000.000 gulden).
4).Kas negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5).Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak.
6).Kegagalan usaha mempraktikkan gagasan Liberal  (1816-1830) dalam mengeksploitasi tanah jajahan untuk memberikan keuntungan yang besar terhadap negeri induk.
C.ATURAN-ATURAN TANAM PAKSA
Ketentuan pokok Tanam Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) no.22 tahun 1834,dengan ketentuan sebagai berikut :
     1.Penyediaan tanah untuk cultuur stelsel berdasarkan persetujuan
        penduduk.
     2.Tanah tersebut tidak lebih dari seperlima tanah pertanian.
     3.Tanah tersebut bebas dari pajak.
     4.Kelebihan hasil tanaman jika melebihi pajak diberikan pada petani.
     5.Pekerjaan untuk cultuur stelsel tidak melebihi waktu menanam padi
     6.Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani merupakan tanggung jawab pemerintah.
     7.Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan dipabrik atau perkebunan pemerintah.
     8.Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin pribumi.
D.PENYIMPANGAN DALAM TANAM PAKSA
1.Perjanjian penyediaan tanah dilakukan dg paksaan.
2.Tanah yang digunakan lebih dari seperlima bagian.
3.Pengerjaan tanah untuk tanam paksa melebihi waktu menanam padi.
4.Tanah tersebut masih terkena pajak.
5.Kelebihan hasil panen tidak diberikan kepada petani.
6.Kegagalan panen tanggung jawab petani.
7.Buruh dijadikan tenaga paksaan.
Guna menjamin agar para Bupati dan kepala desa menunaikan tugasnya dg Baik,pemerintah Belanda memberikan rangsangan yg disebut cultuur procenten. Disamping penghasilan tetap.
E.AKIBAT-AKIBAT TANAM PAKSA
BAGI BELANDA
    1).Meningkatnya hasil tanaman eksport dari negeri jajahan dan dijual Belanda dipasaran Eropa.
   2).Perusahaan pelayaran Belanda yang semula kembangkempis tetapi pada masa tanam paksa mendapat keuntungan besar.
   3).Pabrik-pabrik gula yg semula diusahakan kaum swasta Cina,kemudian juga dikembangkan oleh pengusaha Belanda,karena keuntungannya besar.
   4).Belanda mendapatkan keuntungan (Batiq slot) yang besar (keuntungan pertama 3 juta gulden).
BAGI INDONESIA
     1).Kemiskinan dan penderitaan fisik serta mental yg berkepanjangan
     2).Beban pajak yang berat.
     3).Pertanian,khususnya padi banyak mengalami kegagalan panen.
     4).Kelaparan dan kematian terjadi dimana-mana,seperti yang terjadi di Cirebon 1843,Demak 1848,Grobogan 1849.
     5).Jumlah penduduk di Indonesia menurun.
     6).Rakyat Indonesia mengenal tekhnik menanam jenis-jenis tanaman yang baru.
     7).Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi eksport.
F.REAKSI TERHADAP TANAM PAKSA
1).RAKYAT INDONESIA
    a.Di Sumatera Barat timbul perlawanan,al.di Pariaman (1841), di Padang .
    b.Di Jawa pada tahun 1846 perlawanan dilakukan meskipun dengan pembakaran 7 buah kebun tembakau.
2).KAUM PENGUSAHA (KAPITALIS)
     Golongan pengusaha menghendaki sistem tanam paksa dihapuskan dan diganti dengan kebebasan berusaha.
3).KAUM HUMANIS BELANDA
    a.Baron Van Hoevell : memprotes melalui parlemen Belanda : bahwa tanam paksa tidak manusiawi.
    b.Eduard douwes Dekker : memprotes tanam paksa lewat tulis yang berjudul Max Havelaar (Saijah-Adinda), dg nama samaran Multatuli (saya menderita).
DAFTAR RAJA-RAJA BELANDA DARI TAHUN 1806
H.POLITIK EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1.LATAR BELAKANG
Politik ekonomi liberal kolonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut  :
1).Pelaksanaan tanam paksa memberi keuntungan yg besar kepada Belanda,tetapi menimbulkan penderitaan rakyat pribumi.
2).Berkembangnya faham liberalisme di Eropa.
3).Kemenangan partai liberal di Belanda.
4).Adanya Traktar Sumatera 1871,yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh.
 Pelaksanaan politik ekonomi liberal ditandai dengan beberapa peraturan antara lain :

  1).Reglement op het belied der regering in Nedherlandsh Indie (1854) :
     
Berisi tentang tata cara pemerintahan di Indonesia.
  2).Indishe Comtabiliteit Wet (1867) :
     
Berisi tentang perbendaharaan negara Hindia Belanda
  3).Suiker Wet :
     
Yaitu UU gula yang menetapkan bahwa tanaman tebu adalah monopoli pemerintah yg secara berangsur-angsur akan dialihkan kepada fihak swasta.
4).Agrarish Wet (undang-undang Agraria) 1870:
    UU Agraria yg berlaku di Indonesia dari tahun 1870-1960 isinya :
    a).Tanah di Indonesia dibedakan menjadi tanah tanah rakyat dan tanah milik pemerintah.
    b).Tanah rakyat terdiri dari tanah bebas dan tidak bebas
    c).Tanah rakyat tidak boleh dijual kepada orang lain.
    d).Tanah pemerintah dapat disewakan kepada penguasa swasta sampai jangka waktu 75 tahun.
5).Agrarisch Besluit (1870):
    Ditetapkan oleh raja Belanda dan mengatur hal-hal yang lebih rinci.
2.PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
 Setelah UU Agraria 1870 diterapkan,di Indonesia memasuki Imperalisme modern dengan diterpkan Opendeur Politiek,yaitu politik pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing,hal itu berati Indonesia dijadikan tempat untuk berbagai kepentingan yaitu:
   a).mendapatkan bahan mentah atau bahan baku industri di Eropa.
   b).mendapatkan tenaga kerja yg murah.
   c).menjadi tempat pemasaran barang-barang produksi Eropa.
   d).menjadi tempat penanaman modal asing.
3.AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
BAGI BELANDA :
a.Memberikan keuntungan yg besar bagi kaum swasta Belanda
b.Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke Belanda.
c.Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
BAGI INDONESIA :
a.Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.
b.Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga gula dan kopi.
c.Menurunnya konsumsi bahan makanan,terutama beras.
d.Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena telah tersaingi dengan  Import dari Eropa.
e.Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan kereta api.
f.Rakyat menderita karena masih diterapkan kerja rodi dan adanya hukuman yg berat bagi yg melanggar peraturan poenalie sanctie.
I.POLITIK ETIS
LATAR BELAKANG POLITIK ETIS
Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh :
    1).Sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib rakyat.
    2).Tanam paksa memberi keuntungan besar bagi Belanda sebaliknya menimbulkan penderitaan rakyat.
    3).Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat .
    4).Rakyat kehilangan tanah sebagai hak milik utamanya.
    5).Adanya kritik terhadap praktik kolonial liberal.
TOKOH-TOKOH YANG MELANCARKAN KRITIK POLITIK ETIS
1).Van Kol
    melancarkan kritik di Indonesia sebagai politik drainage/penghisapan
2).Van Deventer
    usulannya dikenal dengan Trilogi Van Deventer :
    a).Irigasi
    b).Emigrasi
    c).Edukasi
3).De Waal
    sejak tahun 1884,Indonesia berhak mendapatkan 528 G
4).Brooschooft
    Selama 1 abad lebih,Belanda telah mengeruk keuntungan dari rakyat Indonesia dan tidak mengembalikannya.
5).Baron Van Hovell
    Meminta perbaikan nasib rakyat Indonesia dari sidang parlemen.
KEGAGALAN POLITIK ETIS
Kegagalan politik etis,tampak dalam kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
 1).Sistem ekonomi liberal hanya memberi keuntunga besar bagi Belanda.
 2).Sangat sedikit penduduk pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik.
 3).Pegawai negeri golongan pribumi hanya dijadikan alat,
     sehingga dominasi Belanda tetap sangat besar.









                                                                                                                            









Kebijakan Pemerintahan Inggris di Indonesia 1811–1816 Hari Sulistiawati/ SI 3 Sejak tahun 1811, Indonesia berada dibawah kekuasaan Inggris. Keberhasilan Inggris mengalahkan Prancis di Eropa menyebabkan kekuasaan Belanda atas Indonesia bergeser ke tangan Inggris. Untuk itulah ditandatangani Kapitulasi di Tuntang (dekat Ambarawa, Jawa Tengah) pada 18 oktober 1811, yang isinya yaitu: 1. Pulau Jawa dan sekitarnya dikuasai Inggris 2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris 3. Orang Belanda dapat menjadi pegawai Inggris Pada waktu Indonesia dijajah Inggris, pusat kekuasaan Inggris di Timur jauh adalah Kalkuta dengan Lord Minto sebagai gubernur jenderalnya. Lalu Gubernur Jenderal Lord Minto memercayakan kepada Thomas Stamford Raffles sebagai kepala pemerintahan Inggris di Indonesia. Raffles memulai tugasnya pada tanggal 19 Oktober 1811 yang berkedudukan di Jakarta. Pendudukan Inggris atas wilayah Indonesia tidak berbeda dengan penjajahan bangsa Eropa lainnya. Pada masa pemerintahannya Raffles banyak mengadakan perubahan-perubahan, dan mengambil beberapa kebijakan-kebijakan antara lain sebagai berikut: 1. Bidang Birokrasi Pemerintahan Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan ini yaitu Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan (sistem keresidenan ini berlangsung sampai tahun 1964). Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat. Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun. 2. Bidang Ekonomi dan Keuangan Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara perorangan. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras. 3. Bidang Hukum Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut. Court of Justice, terdapat pada setiap residen. Court of Request, terdapat pada setiap divisi Police of Magistrate. 4. Bidang Sosial Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau. 5. Bidang Ilmu Pengetahuan Ditulisnya buku berjudul History of Java di London 1817 dan dibagi dua jilid. Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago, di Eidenburg 1820 dan dibagi tiga jilid.[1] Pada masa pemerintahannya juga, Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh Inggris di India. Kebijakan Daendels yang dikenal dengan nama Contingenten diganti dengan sistem sewa tanah (Landrent). Sistem sewa tanah disebut juga sistem pajak tanah. Rakyat atau para petani harus membayar pajak sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara. Berikut ini pokok-pokok sistem Landrent. 1. Membebaskan rakyat dari penyerahan wajib yang bersifat paksaan, dan mengganti dengan kebebasan menanam dan menjual komoditi yang menguntungkan. 2. Mengubah sistem pemerintahan pribumi dengan sistem pemerintahan Barat. Bupati diangkat menjadi pegawai pemerintah kolonial (Inggris) yang langsung berada di bawah kekuasaan pemerintah pusat. 3. Hasil pertanian dipungut langsung oleh pemerintah tanpa perantara bupati. 4. Rakyat harus menyewa tanah dan membayar pajak kepada pemerintah sebagai pemilik tanah. [2] Raffles menerapkan sistem-sistem kerajaan Inggris, bahwa tanah adalah milik raja, sedangkan rakyat sebagai penyewa. Dengan sistem ini, Raffles mengharapkan terjaminnya pendapatan negeri induk karena pemasukan pemerintah tetap dan pasti dalam bentuk pajak yang dibayar sebagai uang sewa. Selain itu, dengan kebebasan ini, diharapkan rakyat Indonesia meningkat taraf hidupnya. Sehingga, mereka bisa membeli barang industri Inggris yang melimpah akibat Revolusi Industri. Dalam peraturannya, pemungutan pajak tanah ditetapkan seperlima, dua perlima, atau sepertiga hasil panen. Pajak tanah dikenakan pada semua hasil tanaman sawah, dan dibayarkan dalam bentuk uang atau barang. Dengan demikian, Raffles berusaha mengubah ekonomi barang menjadi ekonomi uang. Unsur-unsur paksaan diganti dengan unsur-unsur kebebasan (sukarela) dan perjajian (kontrak). Namun, pelaksanaan sistem sewa tanah tidak diberlakukan di seluruh Jawa. Beberapa daerah masih menjalankan "Prianger Stelsel" (kewajiban menanam kopi di Priangan). Sistem sewa tanah yang diterapkan Raffles ini sebenarnya cukup baik. Belanda memperlakukan tanah jajahan sebagai tempat eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Maka Raffles menghendaki untu memperlakukannya sebagai tempat memasarkan barang-barang industri Inggris. Pemerintahan Raffles ini sebenarnya didasarkan atas prinsip-prinsip liberal yang hendak mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan. Kesejahteraan hendak dicapainya dengan memberikan kebebasan dan jaminan hukum kepada rakyat sehingga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa. Nah untuk pelaksanaan Sistem Sewa Tanah ini akhirnya mengalami kegagalan ketika dalam pelaksanaannya disebabkan karena: 1. Kurangnya pegawai yang cakap 2. Rakyat Indonesia masih terikat pada feodalisme dan belum mengenal ekonomi uang. 3. Adanya pegawai pemerintah yang melakukan manipulasi uang sewa tanah (pajak) 4. Singkatnya, masa jabatan Raffles (lima tahun), sehingga ia belum sempat memperbaiki kelemahan dan penyimpangan dalam sistem sewa tanah.[3] Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikutnya adalah membagi wilayah Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini mengandung maksud untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasai. Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh asisten residen. Di samping itu Thomas Stamford Raffles juga memberi sumbangan positif bagi Indonesia yaitu: 1. Membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris 2. Menulis buku yang berjudul History of Java 3. Menemukan bunga Rafflesia-arnoldii 4. Merintis adanya Kebun Raya Bogor Sementara itu, pada tahun 1816, sesuai dengan Konvensi London 1814, Inggris harus menyerahkan kembali jajahannya di Indonesia kepada Belanda. Penyerahan itu berlangsung di Batavia pada tanggal 19 agustus 1816. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia, dan pemerintah Belanda berkuasa kembali. Perubahan politik yang terjadi di Eropa mengakhiri pemerintahan Rafles di Indonesia. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte akhirnya menyerah kepada Inggris. Belanda lepas dari kendali Prancis. Hubungan antara Belanda dan Inggris sebenarnya akur, dan mereka mengadakan pertemuan di London, Inggris. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Convention of London 1814. Isinya Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda. Untuk mengatur keadaan di Indonesia, Belanda mengangkat komisaris jenderal, yang terdiri atas tiga orang, yakni Van Der Capellen, Buyskers, dan diketuai oleh Mr. Elout. Mr. Elout ini adalah seorang liberalis, beraliran konservatif. Namun Van Der Capellan menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Adapun yang melatarbelakangi Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia, salah satunya adalah kondisi di Eropa. Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara Eropa yang menjadi lawan Prancis mengadakan Kongres Wina mengambil keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Oleh karena itu, dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia harus dikembalikan kepada Belanda. Jadi, pengembalian Indonesia kepada Belanda bukan karena Inggris kalah perang, tetapi karena kedua negara tersebut merupakan sekutu dalam perang di Eropa.


  1. Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib
Perang salib berlangsung selama kurang lebih dua abad,di mulai dari perang salib I sampai perangsalib VIII yaitu dari tahun 1095-1291. Perang Salib adalah penyerangan dari kefanatikan Kristen yang dikoordinir oleh Paus yang mempunyai tujuan untuk merebut kota suci Palestina dari tangan kaum Muslimin.Selain itu, perang ini  yang disebabkan oleh beberapa faktor lain  yakni faktor agama,politik,sosial-ekonomi. 
Perang yang terjadi hampir dua abad ini adalah timbul karena reaksi orang Kristen terhadap umat Islam yang dianggap sebagai pihak penyerang. Berdasarkan sejarah yang ada, sejak tahun 632 sampai meletusnya perang salib beberapa kota penting dan tempat suci umat Kristen dikuasai oleh umat Islam, seperti Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia.[4] 
Peristiwa ini merusak hunbungan antara dunia Timur dan dunia Barat khususnya antara agama islam dan kristen. Penyerbuan yang berjalan selama dua abad lamanya memakan korban baik jiwa maupun harta dan kebudayaan yang tidak sedikit banyaknya.Selain itu,masih banyak lagi dampak dari perang salib ini.Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka. 
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 8 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance
Sebab terjadinya Perang Salib adalah karena kerajaan Seljuk menghalang-halangi kaum Kristen untuk beribadah dan memperlakukan mereka sebagai golongan marginal yang diperlakukan semena-mena, selain itu, kaum Islam juga disebut0sebut telah menghina mereka dan agama mereka. Hingga kaum Kristen melaporkan hal ini kepada Paus Urbanus II pada tahun 1095.[5] 
Setelah Paus Urbanus IImendengar hal ini, maka Paus Urbanus II langsung mengumpulkan semua umat Kristen dan menyampaikan pidato terbuka berapi-api di luar sebuah biara Prancis yang disebut Claremont. Dalam pidatonya Paus Urbanus II mengatakan kepada majelis bangsawan Jerman, Prancis, dan Italia bahwa dunia Kristen sedang dalam bahaya. Dan menyeru kepada seluruh umat Kristen untuk membantu sesama umat Kristen untuk mengusir umat Islam dari Yerussalem dan menyuruh mereka untuk selalu menggunakan salib, sehingga perang ini dinamakan Crusades (Perang Salib).[6] 
Dalam buku lain disebutkan bahwa cikal bakal terjadinya Perang Salib adalah karena kehawatiran orang Bizantium atas serangan Dinasti Seljuk yang ingin menyerang Bizantium yang hendak menguasai pertanian di Bizantium. Sehingga kaisar Bizantium yakni Alexius Commenus meminta bantuan Paus Urbanus II untuk menggerakkan kaum Kristen untuk membantu mereka menghalau kedatangan Seljuk. [7] Paus Urbanus II ahirnya memenuhi permintaan kaisar Bizantium. Paus Urbanus II kemudian mengumpulkan kaum Kristen untuk bersatu menyerang kaum Islam. [8]
Dalam pidatonya, Paus Urbanus II mengobarkan semangat umat kristen dengan cara menyatakan bahwa dengan mengikuti perang salib maka dosa-dosa yang lalu akan diampuni dan dijamin masuk surga, selain itu keluarga pejuang perang salib akan mendapat jaminan hidup dan keselamatan.
Sehingga para pejuang Perang Salib tidak hanya berasal dari daerah Roma saja, akan tetapi berasal dari kerajaa-kerajaan di Eropa, mulai dari relawan rakyat biasa, pedagang, petani, bahkan para perampok yang ingin masuk surga.[9]
Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa sebab-sebab terjadinya Perang Salib antara lain:[10] 
  1. Faktor Agama
Direbutnya Baitul Maqdis (471 H/ 1070 M) oleh Dinasti Seljuk dari kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum Kristen merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat sucinya. Karena Dinasti Seljuk menerapkan peraturan yang sangat ketat kepada para umat Kristiani ketika hendak beribadah di Tanah Suci (Baitul Maqdis). Hingga mereka yang baru pulang dari beribadah ke Baitul Maqdis selalu mengeluh akan sikap buruk Dinasti Seljuk yang terlalu fanatik. 
Para pemimpin politik Kristen tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di Eropa supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang Kristen karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa. 
  1. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium (Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Bizantium) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat Kristen.
Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
Selain itu, kondisi kekuasaan Islam pada saat itu sedang melemah. Sehingga orang-orang Kristen Eropa berani untuk melakukan pemberontakan dengan cara Perang Salib, yajni ketika Dinasti Seljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, Dinasti Fatimiyah di Mesir sedang dalam keadaan lumpun, sedangakan Islam di Spanyol semakin goyah. Keadaan ini semakin parah dengan pertentangan segitiga antara kholifah Fatimiyah di Mesir, kholifah Abbasiyah di baghdad, dan kholifah Umayyah di Cordoba.
  1. Faktor Sosial
Stratifikasi sosial yang terdapat pada masyarakat sosial Eropa yang terbagi kepada tiga tingkat, yakni kaum gereja, kaum bangsawan, dan kaum rakyat jelata. Rakyat jelata dianggap sebagai kaum marginal dan tidak memiliki kedudukan apapun dalam masyarakat, kehidupan mereka sangat tertindas dan harus mengikuti apa kata tuan tanah, sehingga kehidupan mereka selalu dibayang-bayangi rasa kehawatiran.
Dengan adanya seruan untuk Perang membuat mereka bersemangat. Dengan harapan agar mereka bisa memiliki kedudukan yang lebih baik lagi, selain itu mereka diberi janji untuk mendapatkan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik.
  1. Faktor Ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu.
Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka, Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut. 
Strata sosial juga berpengaruh pada faktor ekonomi. Hal ini karena ada sebuah tradisi bahwa pewaris harta adalah anak tertua, ketika anak tertua meninggal maka semua harta akan diserahkan kepada gereja. Hal ini menyebabkan populasi kemiskinan di Eropa semakin tinggi, sehingga ketika ada seruan untuk melakukan Perang Salib mereka mendapatkan secercah harapan untuk perbaikan ekonomi. 
Perang Salib merupakan perang suci bagi umat Kristiani, akan tetapi Perang Salib sebagai perang suci hanyalah sebagai kedok pemimpin gereja Roma, karena sebenarnya faktor dan tujuan Perang Salib adalah karena Politik dan Ekonomi. Sehingga beberapa relawan Perang Salib juga tidak hanya perang atas nama Tuhan, akan tetapi karena kepentingan masing-masing.[11]
Saat perang Salib, tentara Kristen, Jerman, Yahudi membantai orang Islam di jalan-jalan. Berbalik 180 derajat dengan perlakuan pasukan Islam terhadap pasukan Kristen. Padahal Islam biasanya memperlakukan negara Kristen jajahanya dengan baik dan bahkan mereka diberi jabatan dalam pemerintahan.[12] 
“Pemandangan mengagumkan akan terlihat. Beberapa orang lelaki kami memenggal kepala-kepala musuh; lainnya menembaki mereka dengan panah-panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkannya ke dalam api menyala. Tumpukan kepala, tangan, dan kaki terlihat di jalan-jalan kota. Kami berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Biara Sulaiman, tempat dimana ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali. Di sana, para pria berdarah-darah disuruh berlutut dan dibelenggu lehernya.” 
Di atas adalah pernyataan dari Salahuddin al-Ayyubi yang menggambarkan tentang keadaan pada Perang Salib. Keadaan yang seperti ini pasti akan sangat menggugah hati siapapun yang membaca dan meresapi seraya membayangkan keadaan umat Islam yang diperlakukan sedemikian rupa. 
  1. B.      Periodesasi Perang Salib
Seperti diketahui sebelumnya bahwa perang salib terjadi dalam kurun waktu yang tidak sebentar, yakni mulai abad ke 11 hingga abad ke 13. Dalam beberapa referensi ada yang mengatakan bahwa perang salib mempunyai 9 fase, dalam sumber lain disebutkan hanya 8, dan 7 bahkan ada yang menyebutkan hanya 3 fase. Berikut pemakalah akan memaparkan 9 periodisasi Perang Salib dan sekilah menjelaskan tentang 3 periode Perang Salib. 
  1. Perang Salib I (1095-1099 M)
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 25 November 1095, pada saat itu Paus Urban II mengatakan “Orang-orang Turki adalah ras yang terkutut, ras yang sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang-orang yang hatinya sungguh tidak mendapat petunjuk dan jiwanya tidak diurus Tuhan. Membunuh para monster ini adalah tindakan suci, orang Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari negeri kita.”  Sambutan terhadap seruan Paus Urban itu sungguh luar biasa. Pada musim semi tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas 60.000 tentara. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat Kristiani.
Di sepanjang jalan menuju Constantinople mereka membuat keonaran bahkan terjadi bentrok dengan penduduk Hongaria dan Byzantium.
Dengan adanya fenomena ini Dinasti Seljuk menyatakan perang terhadap gerombolan tersebut, sehingga akhirnya gerakan pasukan Salib dapat mudah dikalahkan. Berawal dari kekalahan pihak kristiani Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan pasukan Salib, sehingga mengubah tentara Salib menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi rapi. Dalam peperangan menghadapi pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami kekalahan, sehingga mereka berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada tanggal 07 Juni 1099.
Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu minggu terhadap umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan bangunan-bangunan umat Islam, sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre. Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu. 
Sebagai akibat dari kemenangan itu, Kemudian tentara Salib mendirikan empat kerajaan Kristen yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha dan Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar Byzantium.Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya kerajaan Seljuk (Turki) yang memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian menyapu daerah kawasan Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya di pertempuran Mazikert dan sepanjang laut tengah yang pada masa Alip Arselan dan Malik Syah, Yerussalem pun berhasil dikuasai.
2.      Perang Salib II (1147-1149 M)
Perang Salib II juga terjadi sebab bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo), Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M). Setelah Imaduddin meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin dan dibantu oleh Salahuddin hingga tahun 1147 M. Perang Salib II ini dipimpin oleh Lode Wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari Jerman.
Laskar Islam yang terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab dipimpin oleh Nuruddin Sidi Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh Salahuddin Yusuf ibn Ayyub. Pada tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan Salahuddin dengan tentara Salib di Hittin dekat Baitul Maqdis. Dalam pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan Salib, sehingga raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman mati.
Kemenangan Salahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang yang besar untuk merebut kota-kota lainnya, termasuk Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus. Pada saat kota Yerussalem direbut tentara Salib, mereka melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap orang Islam, tetapi ketika kota itu direbut kembali oleh Salahuddin, kaum muslimin tidak melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut.
Pada saat Baitul Maqdis kembali ke tangan Umat Islam kembalilah suara adzan berkumandang dan lonceng gereja berhenti berbunyi serta Salib emas diturunkan dari kubah sakrah. Dalam periode ini disebut sebagai periode reaksi umat Islam atas jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan tentara Salib telah membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi Tentara Salib. 
Di bawah komando Imaduddin Zangi, Gubernur Mousul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib bahkan mereka berhasil merebut kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Setelah Imaduddin Zangi wafat, posisinya digantikan putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk membebaskan negara-negara Timur dari cengkraman Tentara Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan antara lain Damaskus (1147 M), Antiok (1149 M) dan Mesir (1169 M).
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan, terutama setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Salahuddin) di Mesir, yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187. Hal ini membuat Tentara Salib untuk membangkitkan kembali basik kekuatan mereka sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang besar, Frederick I (The Lion Heart, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus, Raja Prancis).
Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa devisi, sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin devisi darat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di sungai Armenia, dekat kota Ar-Ruha’, sebagian tentaranya kembali kecuali beberapaorang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick. Adapun devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin Richard dan Philip II, disana mereka bertemu dengan pasukan Salahuddin, terjadilah peperangan sengit, karena kekuatan tidak berimbang, maka pasukan Salahuddin mundur, dan Kota Acre ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk mempertahankan daerah itu. 
Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut adalah: “Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen, yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah kekuasaan tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian disepakati, Salahuddin wafat pada bulan Safar 589 H atau Februari 1193 M. 
3.      Perang Salib III (1187-1191 M)
Setelah Salahuddin wafat, dan digantikan oleh saudaranya Sultan Adil. Salahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat Islam dan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan umat Islam. Periode ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material, dari motivasi agama.
Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang disiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan menuju Constantinople, kota ini direbut dan diduduki lalu dikuasai oleh Baldwin sebagai rajanya yang pertama.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah yaitu munculnya pahlawan wanita yang terkenal dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia berhasil menghancurkan pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Dalam periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan. 
Meskipun demikian mereka telah mendapatkan hikmah yang sangat besar, mereka dapat mengetahui kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayaan dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisansce di Barat. 
4.      Perang Salib IV (1202-1204 M)
Tentara Salib berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali Baitul Maqdis adalah harus dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani Ayyub di Mesir yang menjadi pusat persatuan Islam ketika itu. Oleh karena itu Tentara Salib memusatkan perhatian dan kekuatannya untuk menguasai Mesir. Akan tetapi Perang Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan bekas kaisar Yunani.
Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir diperintah oleh Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian dengan orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak. 
5.      Perang Salib V (1217–1221 M)
Perang Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak henti-hentinya terjadi konflik dengan pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal Pelagius serta raja Hongaria, meskipun pada tanggal 5 November 1219 kota pelabuhan Damietta mereka rebut, namun dalam perjalanan ke Kairo pada tanggal 24 Juli 1221 mereka membuat kekacauan di Al Masyura ( tepi sungai Nil) kemudian mereka pulang kampung.
6.      Perang Salib VI (1228–1229 M)
Perang Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil menguasai Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Salahuddin al-Ayyubi, namun 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1244 kekuasaan diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta Kallam dan Damsyik.
7.      Perang Salib VII (1248–1254 M)
Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Dimasa inilah pemimpin angkatan perang Islam, Malikul Shaleh mangkat kemudian digantikan putranya Malikul Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX gagal merebut Antiock yang dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada tahun 1267/1268, lalu hendak merebut Tunis, ia beserta pembesar-pembesar pengiringnya ditawan oleh pasukan Islam pada 6 April 1250 dalam satu pertempuran di Perairan Mesir, setelah mereka memberi uang tebusan, maka mereka dibebaskan oleh Tentara Islam dan mereka balik ke negerinya. 
8.      Perang Salib VIII (1270 M)
Dalam Perang Salib VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini Louis IX telah binasa ditimpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia terbunuh). Akhirnya pada tahun 1492 Raja Ferdinad dan Ratu Isabella sukses menendang habis umat Islam dari Granada, Andalusia.
Riwayat lain juga menjelaskan bahwa Perang Salib VIII ini tidak sempat terbentuk karena kota terakhir yakni Aere yang diduduki oleh tentara Salib malahan berhasil dikuasai oleh Malikul Asyraf (putra Malikul Shaleh). Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara formal, namun sesungguhnya perang jenis lain yang kwalitasnya lebih canggih terus saja berlangsung seiring dengan kemajuan zaman.
9.      Perang Salib IX (1271-1291 M)
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. 
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana. 
Merupakan satu aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga pribumi atau Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan kurikulum Barat. Dalam peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga mengalami kekalahan, akan tetapi orang-orang Kristen dengan segala bentuk dan cara berusaha menghancurkan Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan.
Sembilan periodisasi Perang Salib tersebut tidaklah cukup untuk menggambarkan betapa orang Barat ingin menghancurkan Islam. Berikut adalah ringkasan dari sembilan periode di atas, yang disususn menjadi tiga periode. 
  1. Peiode Pertama
Periode pertama, disebut periode penaklukan (1009-1144). Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh Al-Islam menggambarkan pasukan salib pertama yang dipimpin oleh Pierre I’ermite sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Pasukan salib ini dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk.
Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada 7 Juli 1099.
Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis (1099) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1099) di bawah Raja Baldwin, dan Tripoli (1099) di bawah kekuasaan Raja Reymond. 
  1. Periode Kedua
Periode kedua atau disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Kemenangan kaum muslimin ini, terlihat jelas setelah munculnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.
Dalam perang salib ini akhirnya pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat pejanjian. Perjanjian perdamaian ditetapkan di atas kertas pada 2 Nopember 1192, dengan ketentuan bahwa daerah pantai menjadi milik bangsa latin sedangkan daerah pedalaman menjadi milik umat Islam, dan peziarah yang datang ke kota Suci tidak boleh diganggu. Tahun berikutnya 19 Pebruari 1193 Shalah sakit demam di Damaskus dan pada tanggal 2 Maret 1193 Shalah meninggal dalam usia 55 tahun. Pusaranya yang berdekatan dengan masjid Umayyah, hingga kini masih menjadi daya tarik bagi ibukota Suriah. 
  1. Periode Ketiga
Periode ketiga (1193-1291) lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran didalam pasukan salib.
Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya, Perancis. 
Perang Salib sesungguhnya juga masih terjadi di masa sekarang, hanya saja tidak lagi perang menggunakan senjata, akan tetapi perang intelektualitas. 
  1. C.    Dampak Perang Salib Terhadap Dunia Islam
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Salib dimenangakan oleh umat Islam, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang salib sangat banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang Salib terjadi di daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak kalah merugi. 
Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. 
Selain Ekonomi, beberapa dampak negatif dan kerugian dunia Islam akibat Perang Salib adalah sebagai berikut:
  1. Politik
Kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad
  1. Militer
Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang. 
  1. Perindustrian
Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan. 
  1. Pertanian
Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
  1. Perniagaan
(rangkuman)Orang barat memakai sistem perdagangan Islam yang menggunakan uang sebagai alat tukar dalam jual beli. Karena sebelumnya mereka masih menggunakan sistem barter. 
  1. Ilmu pengetahuan dan kesehatan
Ilmu astronomi yang sudah dikembangkan oleh umat Islam sejak abad ke-9 telah pula memepengaruhi lahirnya berbagai observatorium di Barat. Selain itu bangsa barat juga meniru adanya rumah sakit, sebagaimana sudah berkembang lama di dunia Islam.
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil dan yerusalem dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen barat untuk melaksanakan haji ke Bait al-Maqdis. padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan haji secara berbondong-bondong. pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam Turki Saljuk terhadap jemaah haji Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen-Eropa. Kemudian Paus Urbanus II (Pope Urban II) kemudian menyerukan agar raja-raja di seluruh Eropa mengirimkan Tentara Salib (Crusader) untuk merebut Yerusalem dari tangan penguasa muslim.
  2. Periodisasi Perang Salib bisa diklasifikasikan kedalam beberapa pendapat. Diantaranya adalah 9, 8,7, atau 3 periode.
  3. Dampak Perang Salib sangat merugikan umat Islam dalam beberapa aspek penting. Meskipun beberapa peperangan dimenangkan oleh pasukan Islam.
  4. Pemenang Perang salib adalah umat islam


Komentar